TRIK dalam UAN/UNAS adalah Kolusi dan Pembodohan Siswa.
Entah pernah disadari atau tidak oleh para tenaga pendidik / guru “di GUgu lan ditiRU”, mereka dalam memberikan trik untuk menghadapi Ujian Nasional ternyata membuat siswa “bodoh”.
Guru mana yang ingin siswanya ngga’ lulus UAN/UNAS?
Guru mana yang ingin melihat siswanya membiarkan lembar jawabannya kosong atau diisi “ngawur” lantaran ngga’ bisa menjawab soal?
Bertolak dari situ para guru memberikan berbagai trik dan cara agar siswanya dapat “lulus” Ujian.
Dulu, masa SMA tahun 2003, saat saya/kami seminggu menjelang UAN/UNAS, para guru mendoakan kami। Para guru memberikan dukungan moril kepada siswanya. Para guru memberikan cara untuk mencontek yang aman. Para guru memberikan janjinya untuk membantu memberikan jawaban.
Disaat hari-H pelaksanaan UAN/UNAS, saya mempraktekan apa-apa yang di ajarkan guruku:
• Mencontek / bekerja sama dengan teman2 – katakan Siti, dia cerdas dan menjadi andalan dikelas, saya duduk tepat dibangku belakangnya, saya ngga’ mengerjakan satupun soal tetapi menunggu jawaban dari Siti dan yang menyebarkan adalah saya, Siti hanya mengerjakan dan saya hanya menyebarkan.
• Pak Budi, guru kami, menjaga disekolah lain, menyuruh Pak Bon untuk mengambil jawaban dan menaruh di toilet siswa. Satu siswa per kelas sebagai perwakilan penyebar jawaban.
Dengan cara itu kami berhasil “lulus” UAN/UNAS.
Kini, 2009, ngga’ ada lagi soal lebih yang bias dibaca oleh guru penjaga. Tetapi guru ngga’ kehabisan akal. Seperti tahun kemarin, Hand phone adalah solusinya;
• Ada siswa yang bertugas mengirimkan soal lewat Multimedia Message Service (MMS), jumlah soal dan jumlah siswa dibagi rata.
• Ada siswa yang bertugas mondar-mandir mengelabuhi petugas penjaga.
Dengan cara ini, sepertinya juga berhasil "lulus" UAN/UNAS.
________
Cerita diatas pasti terjadi pada setiap sekolah (Negeri ataupun Swasta) meski saya ngga’ ada bukti. Namun hal ini tidak di gubris oleh pemerintah, buktinya setiap tahun pemerintah menaikkan Standart Nilai Kelulusan. Pemerintah ngga’ tahu apa2, itu benar dan ngga’ salah. Mereka membuat Standart Nilai Kelulusan berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil UAN/UNAS.
1. Jika Standart Nilai Kelulusan naik, apa berarti produk lulusan setiap sekolahan juga naik?
2. Jika guru mengajari “curang”, bagaimana siswanya bisa memahami KKN?
3. Jika siswanya hanya bisa cerdas dalam “mengakal-akali” UAN/UNAS, bagaimana siswanya bisa menjadi guru yang baik kelak?
4. Jika pemerintah terus menaikkan Standart Nilai Kelulusan, bagaimana guru? Bagaimana siswa?
Maaf guruku, kami hanya mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Terimakasih pemerintah, sampean telah mempercayai nilai hasil UAN/UNAS kami. Terimakasih
teman2ku, kalian mau bekerja sama denganku.
Entah pernah disadari atau tidak oleh para tenaga pendidik / guru “di GUgu lan ditiRU”, mereka dalam memberikan trik untuk menghadapi Ujian Nasional ternyata membuat siswa “bodoh”.
Guru mana yang ingin siswanya ngga’ lulus UAN/UNAS?
Guru mana yang ingin melihat siswanya membiarkan lembar jawabannya kosong atau diisi “ngawur” lantaran ngga’ bisa menjawab soal?
Bertolak dari situ para guru memberikan berbagai trik dan cara agar siswanya dapat “lulus” Ujian.
Dulu, masa SMA tahun 2003, saat saya/kami seminggu menjelang UAN/UNAS, para guru mendoakan kami। Para guru memberikan dukungan moril kepada siswanya. Para guru memberikan cara untuk mencontek yang aman. Para guru memberikan janjinya untuk membantu memberikan jawaban.
Disaat hari-H pelaksanaan UAN/UNAS, saya mempraktekan apa-apa yang di ajarkan guruku:
• Mencontek / bekerja sama dengan teman2 – katakan Siti, dia cerdas dan menjadi andalan dikelas, saya duduk tepat dibangku belakangnya, saya ngga’ mengerjakan satupun soal tetapi menunggu jawaban dari Siti dan yang menyebarkan adalah saya, Siti hanya mengerjakan dan saya hanya menyebarkan.
• Pak Budi, guru kami, menjaga disekolah lain, menyuruh Pak Bon untuk mengambil jawaban dan menaruh di toilet siswa. Satu siswa per kelas sebagai perwakilan penyebar jawaban.
Dengan cara itu kami berhasil “lulus” UAN/UNAS.
Kini, 2009, ngga’ ada lagi soal lebih yang bias dibaca oleh guru penjaga. Tetapi guru ngga’ kehabisan akal. Seperti tahun kemarin, Hand phone adalah solusinya;
• Ada siswa yang bertugas mengirimkan soal lewat Multimedia Message Service (MMS), jumlah soal dan jumlah siswa dibagi rata.
• Ada siswa yang bertugas mondar-mandir mengelabuhi petugas penjaga.
Dengan cara ini, sepertinya juga berhasil "lulus" UAN/UNAS.
________
Cerita diatas pasti terjadi pada setiap sekolah (Negeri ataupun Swasta) meski saya ngga’ ada bukti. Namun hal ini tidak di gubris oleh pemerintah, buktinya setiap tahun pemerintah menaikkan Standart Nilai Kelulusan. Pemerintah ngga’ tahu apa2, itu benar dan ngga’ salah. Mereka membuat Standart Nilai Kelulusan berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil UAN/UNAS.
1. Jika Standart Nilai Kelulusan naik, apa berarti produk lulusan setiap sekolahan juga naik?
2. Jika guru mengajari “curang”, bagaimana siswanya bisa memahami KKN?
3. Jika siswanya hanya bisa cerdas dalam “mengakal-akali” UAN/UNAS, bagaimana siswanya bisa menjadi guru yang baik kelak?
4. Jika pemerintah terus menaikkan Standart Nilai Kelulusan, bagaimana guru? Bagaimana siswa?
Maaf guruku, kami hanya mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Terimakasih pemerintah, sampean telah mempercayai nilai hasil UAN/UNAS kami. Terimakasih

